22.10.12

Adam, Hawa, dan Buah Apel

Sekali waktu, dan juga saya alami sendiri, beberapa teman-teman wanita saya cukup kesal karena pasangan laki-laki mereka bertindak bodoh, atau setidaknya tidak lebih pintar dari teman-teman saya tersebut. Setelah merunut kembali secara historis, saya, dan mungkin beberapa laki-laki lainnya, yang dibesarkan di keluarga yang mempunyai cerita leluhur tentang manusia pertama, Adam dan Hawa, memang secara tidak langsung dididik untuk tidak lebih pintar dari wanita.

Dalam versi cerita Adam dan Hawa yang saya ketahui, Adam cenderung mengutamakan sisi kenyamanan dalam hidupnya sedangkan Hawa berani menukar kenyamanan dengan ilmu pengetahuan - klausa terakhir dicetuska dosen saya yang berinisial TH. Hawa tahu ada konsekuensi yang harus diterima ketika dia memakan buah ilmu pengetahuan (beberapa ajaran menyebutnya buah kholdi, lainnya mempunyai istilah apel, dan sejenisnya). Hawa berani menukar kenyamanan surga dengan ketidakpastian bumi untuk mengetahui ilmu yang ditawarkan buah tersebut. Ketika akhirnya Hawa berhasil membujuk Adam untuk memakan buah itu, Hawa juga menunjukkan bahwa dia lebih berani dibanding dengan Adam. Hawa berani memakan dua buah ilmu pengetahuan tersebut, sedangkan Adam, karena takut kenyamanannya di surga terganggu, hanya memakan setengah, itu pun belum dia telan sepenuhnya.

Jadi jika laki-laki, setidaknya yang dididik dengan cerita Adam dan Hawa seperti versi yang saya dengar, berperilaku lebih bodoh dari wanita, maka hal tersebut bisa dianggap sebagai sebuah kewajaran. Justru jika ada wanita yang tidak lebih pintar dari pasangan laki-lakinya, maka bisa dikatakan bahwa wanita itu telah menyalahi kodratnya. Namun, jika ada laki-laki yang lebih pintar dari pasangan wanitanya, maka laki-laki itu tidak lantas menyalahi kodratnya, melainkan laki-laki tersebut berpikir dengan cara pikir wanita. Kalimat terakhir sebelum kalimat ini sekali lagi menunjukkan bahwa bagaimana pun saya adalah seorang laki-laki (yang berharap bisa lebih pintar dari wanita) yang akan lebih nyaman dikatakan sebagai laki-lagi yang memiliki cara pandang wanita ketimbang dinobatkan sebagai seorang laki-laki yang menyalahi kodratnya.

4 comments:

  1. hei..kenapa tiba-tiba nulis ini? *kebiasaan kepo :P

    ReplyDelete
  2. tjieee...nyunyunyu...

    ReplyDelete
  3. karmia:
    mau tau banget banget banget emang? :))
    tulisan lama di notebook baru diupload aja kok.

    dina:
    anak kecil mah diem aja. :p

    ReplyDelete
  4. kenapa jahat banet kamuh, ranggah.. :|

    ReplyDelete